Berpotensi Rugikan Petani, PKS Tolak Kebijakan Import Beras

0
701

PKS Subang News — Anggota DPRD Kabupaten Subang dari Fraksi PKS Asep Hadian menolak keras rencana Pemerintah yang akan mengimport beras sebanyak 1 juta ton pada tahun 2021 ini.

Menurutnya, alasan yang disampaikan oleh pemerintah atas rencana tersebut tidak masuk akal. Di tengah tingginya stok beras dalam negeri, pemerintah justru khawatir akan kondisi terburuk sehingga perlu diambil langkah strategis untuk mengamankan cadangan stok beras. Selain itu waktu yang dipilih untuk melakukan import beras juga tidak tepat mengingat import akan dilakukan di saat para petani kita akan melaksanakan panen raya. Jika kebijakan ini tetap dipaksakan, para petani tentunya akan mengalami kerugian yang tidak sedikit akibat menurunnya harga gabah di pasaran.

Data menunjukkan, produksi dalam negeri pada bulan Januari-April tahun ini diperkirakan mencapai 23,78 juta ton gabah kering giling. Jumlah tersebut meningkat secara signifikan dibandingkan dengan jumlah produksi tahun lalu yang mencapai19,99 juta ton. Artinya, para petani kita masih mampu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri sehingga kebijakan import beras sama sekali tidak diperlukan. Surplus jutaan ton beras tahun lalu seharusnya dapat dioptimalkan sampai beberapa bulan kedepan sambil menunggu masa panen berikutnya karena saat ini areal tanam sedang meluas akibat curah hujan yang cukup merata. Untuk kabupaten Subang sendiri sudah sejak lama menjadi salah satu lumbung padi nasional sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Oleh karena itu, fraksi PKS menolak dengan tegas kebijakan impor beras 1 juta ton ini apabila tidak disertai dengan alasan yang logis. Para petani kita sebenarnya sudah menederita akibat kelangkaan pupuk yang mengakibatkan melambungnya harga pupuk beberapa waktu lalu. Pemerintah seharusnya membantu para petani, bukan malah menambah penderitaan mereka. Selain itu apabila kondisi ini tak kunjung membaik, tidak mustahil minat atau semangat masyarakat untuk bertani akan semakin menurun. Hal ini tentunya akan berbahaya bagi ketahanan pangan kita di masa yang akan datang.